Gubernur Sumatera Utara yang pernah menjadi Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, menyampaikan sulitnya mengelola federasi. Menurutnya, lebih susah mengurusi pengurus daripada atletnya.

Edy Rahmayadi mengaku mengatakan hal tersebut berdasarkan pengalamannya kala memimpin PSSI pada 2016-Januari 2019. Kala itu, Federasi Sepak Bola Indonesia kacau.

Bahkan, ada anak buahnya yang dipenjara karena karena terbukti menghilangkan barang bukti yang digaris polisi dalam kasus pengaturan skor.

“Jadi PSSI ini, lebih susah mengatur pembinanya (pengurus) daripada atletnya,” kata Edy Rahmayadi, dikutip dari VIVA.

Namun, di bawah Ketum PSSI yang baru, yakni Erick Thohir, Edy Rahmayadi optimis bahwa Federasi Sepak Bola Indonesia bisa lebih baik. Sebab, cukup banyak diisi orang-orang baru.

Ia pun mendoakan agar Erick Thohir serta Menpora Zainudin Amali yang menjadi Waketum bisa membuat sepak bola Indonesia lebih maju. Pasalnya, sepak bola adalah perekat anak bangsa.

“Nah ini, pembinanya (pengurus) angin segar dan mayoritas orang-orang baru. Kenapa saya bilang begitu? Karena saya pernah menjadi ketua PSSI,” ujar Edy Rahmayadi.

“Ada kesulitan pasti, pasti kesulitan karena menyesuaikan kemauan atlet dan pembinaan secara utuh. Ini artinya, statuta yang diatur oleh FIFA,” lanjutnya.

“Mudah-mudahan Pak Erik Thohir, Zainudin Amalia bisa melakukan pembinaan 277 juta penduduk kita. Bisa mendapat atlet-atlet terbaik. Karena PSSI, adalah perekat anak bangsa,” tuturnya menutup.