Asosiasi Pesepak Bola Profesional Dunia (FIFPro) mengkritik keras PSSI (Persaturan Sepak Bola Seluruh Indonesia) mengenai kebijakan pemotongan gaji sebesar 75 persen untuk pemain Liga 1 dan Liga 2 2020.

FIFPro menilai PSSI telah mengabaikan arahan dari AFC dan FIFA untuk bekerja sama dengan klub dan pemain dalam menghadapi krisis di tengah pandemi virus corona (COVID-19).

PSSI juga dinilai salah dalam menentapkan standar gaji pemain selama COVID-19 karena tidak melipatkan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) selaku perwakilan pemain dalam membuat keputusan.

Dari data yang diterima FIFPro, ada 16 klub yang memberikan gaji cuma 25 persen sejak April 2020, sementara dua tim lainnya lebih sedikit lagi, yakni 10 persen dari nilai kontrak.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah pemain dari Liga 2. Sebanyak 24 klub hanya membayarkan 10-15 persen dari nilai kontrak pemain.

“Selama krisis ini, kami telah melihat banyak keputusan dari asosiasi sepak bola yang tidak sebagaimana mestinya,” kata Direktur Legal FIFPro, Roy Vermeer, di laman resmi.

“Mereka sepenuhnya mengabaikan resolusi hak-hak dasar pekerja. PSSI melakukan intervensi dalam hubungan kerja tanpa memiliki kesopanan untuk mengundang pemain ke meja yang sama,” lanjutnya.

“Fakta bahwa kebijakan ini masih berlaku sejak Maret adalah bukti kalau PSSI tak peduli dengan standar internasional, dan bahkan dengan standar kesejahteraan para pemain di Indonesia,” tuturya menambahkan.

Jika dibandungkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, keputusan PSSI memang sangat berbeda. Di Thailand, pemotongan gaji maksimal hanya 50 persen, Malaysia maksimal 30 persen, sementara Singapura malah memberi subsidi ke klub agar gaji pemain tidak dipotong.

Baca juga artikel VOCKET FC Indonesia lainnya yang telah kami sediakan untuk Anda

Buriram United Tertarik Datangkan Daniel Sturridge, Tawarkan Gaji Tinggi

Liga 1 Ditangguhkan, Stadion PSM Makassar Berubah Jadi Kebun Sayur

Bek FC Twente U-21, Mees Hilgers Mengaku Dapat Undangan Seleksi Timnas Indonesia