Kenapa pemain Indonesia saat muda hebat, tapi ketika sudah dewasa kemampuannya seperti menurun? Pertanyaan seperti ini barangkali kerap muncul dalam benak pecinta sepak bola Tanah Air.

Para pecinta sepak bola wajar jika menanyakan hal tersebut. Sebab, pemain muda Indonesia memang tampak begitu hebat ketika masih berusia muda. Kiprah mereka di Danone Cup adalah salah satu buktinya.

Di ajang yang diikuti negara-negara dari seluruh dunia itu, Indonesia kerap masuk dalam 10 besar. Dalam perjalanannya, tak jarang anak-anak Indonesia mampu mengalahkan negara hebat dalam dunia sepak bola, seperti Maroko, Portugal, hingga Brasil.

e6f4b242-1e9a-415e-9274-cae654af5375_43
Indonesia di akang Danone Nations Cup 2017 (Foto: dok. Danone Nations Cup)

Namun, kehebatan anak-anak Indonesia muda ini perlahan menurun seiring bertambahnya usia. Terbukti untuk bersaingan di kawasan Asia Tenggara saja, Timnas Indonesia masih kerap kuwalahan.

Terkait fenomena tersebut, pelatih asal Brasil, Jaino Matos, yang sudah tujuh tahun di Tanah Air melihat sikap kurang dewasa pemain Indonesia menjadi salah satu alasannya. Pesepak bola Indonesia terlalu banyak bercanda di lapangan hijau.

Jaino Matos pun membandingkan sikap pesepak bola muda Indonesia dengan pemain U-16 negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, Qatar, dan Arab Saudi. Pola pikiran mereka sudah dewasa sejak usia muda.

Kaskus
Wawancana Jaino Matos dalam sesi Canda Bola KaskusTV. (Foto: KaskusTV).

“Kenapa di Piala Danone Timnas Indonesia U-12 setiap tahun berkompetisi minimal bisa sampai 10 besar, pernah mengalahkan Brasil. Kenapa di atas 16 tahun kita tidak bisa melakukannya?” kata Jaino Matos dalam Canda Bola di KaskusTV.

“Anak-anak di Arab Saudi, Korea, Qatar, Jepang, mereka anak usia 16 tahun, sikap, pola pikir, pola latihan sebagai dewasa. Kita Timnas U-23 kalah dibilang tidak apa-apa katanya, masih muda. Padahal usia sudah U-23, tapi dibilang muda,” lanjutnya.

“Ini adalah salah satu alasan, kenapa 15 tahun ke atas kesulitan. Dari sikap pemain kita belum dewasa, keseriusan dalam latihan, program latihan, nutrisi,” ujar Jaino Matos lagi.

“Saya pikir kita melompati langkah-langkah dasar dan langsung berbicara strategi. Kita melupakan sikap dasar. Attitude, medical conditioning, fitness conditioning, nutrisi adalah langkah-langkah yang harus diimplementasi,” imbuhnya.

Padahal, menurut Jaino Matos, bakat-bakat muda Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan negara-negara lainnya. Bahkan, dari pengalamannya melihat pemain di negara-negara lain, bakat individu Indonesia disebut jauh lebih unggul dari Qatar.

“Bakat Indonesia tidak kalah. Malah jauh lah kalau dibandingkan dengan Qatar, jauh. Kualitas individunya jauh banget,” tegasnya.

Terlepas dari itu, Jaino Matos memiliki data yang menarik selama melatih berbagai klub dan mendampingi Timnas Indonesia. Ia melihat melalui data GPS, pesepak bola Indonesia sedikit yang serius ketika berlatih, yakni hanya sekitar 25 persen setiap tim.

Baca juga artikel VOCKET FC Indonesia lainnya yang telah kami sediakan untuk Anda

Jaino Matos: Berdasarkan Data GPS Dari Klub Dan Timnas, Cuma 25 Persen Pemain Yang Berlatih Sungguh-sungguh

Cucu Somantri Dikabarkan Tunjuk Anak Kandungnya Jadi General Manager PT LIB

Gabriel Budi Ceritakan Awal Mula Temukan Marko Simic