Pelatih PSPS Riau, Raja Isa, resmi menjadi pelatih baru klub Bangladesh, Muktijoddha Sangsad KC. Pelatih asal Malaysia tersebut dikontrak selama satu musim.

Raja Isa pun sudah mempersiapkan segala administrasi untuk terbang ke Bangladesh, termasuk Visa dan lain-lain. Ia dijadwalkan berangkat ke Bangladesh pada 27 Desember 2020.

“Benar, saya sudah deal dengan klub Bangladesh, Muktijoddha Sangsad KC. Saya diikat kontrak selama satu musim,” kata Raja Isa kepada VocketFC Indonesia, Rabu (23/12/2020) malam WIB.

“Saya akan berangkat tanggal 27 Desember,” tuturnya menambahkan.

Nah, baru-baru ini, VocketFC Indonesia mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif bersama beliau. Ada beberapa hal menarik yang disampaikan, terutama rencana membawa pemain ke Liga Bangladesh. Berikut selangkapnya:

Alasan menerima tawaran Muktijoddha Sangsad KC?

Liga Indonesia untuk saya luar biasa. Tapi selama kondisi Liga Indonesia masih proses transisi untuk kembali bergulir, kebetulan tawaran yang datang ini suatu tantangan untuk saya sebagai satu-satunya pelatih Asia di Liga Bangladesh

Jadi, saya mengambil kesempatan ini bukan untuk diri sendiri, secara tidak langsung saya ucapkan terima kasih kepada Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) yang membina saya sebagai pelatih, tapi Indonesia yang membesarkan saya.

Saya juga ingin membawa pemain dari PSPS, setidaknya dua pemain untuk mengikuti liga ini musim depan. Sementara ini saya belum bisa berjanji, kalau saya bisa membuktikan pekerjaan saya di Bangladesh, akan ada pintu untuk pemain Indonesia

Apakah sebelumnya sudah tahu seperti apa sepak bola Bangladesh?

Sejujurnya, mereka (Muktijoddha Sangsad KC) sudah berhubungan dengan saya selama dua musim terakhir. Waktu itu, saya masih menyelesaikan S3 dan pro license. Jadi, untuk mengembara ke Asia wajib ada lisensi yang paling tinggi.

Kalau sepak bola Bangladesh, saya sudah memahaminya karena sering mengikuti sepak bola di sana.

Saya sebenarnya mau masuk ke Liga India, tapi belum berjodoh. Tapi Bangladesh ini saya tidak memohon, saya ditawar.

Target jangka pendek dan panjang bersama Muktijoddha Sangsad KC?

Sementara ini manajemen maunya saya membangun tim ini dengan memaksimalkan pemain muda, 19-23 tahun. Ada beberapa pemain nasional juniornya Bangladesh di sana.

Kemudian, dipadukan dengan empat pemain asing. Yusuke Kato (Jepang), Christian Bekamenga (Kamerun), Younoussa Camara (Guinea), dan Akbarali Kholdarov (Uzbekistan).

Jadi, saya ditugaskan membangun dan memperbaiki posisi musim lalu. Nah, mereka mau lihat bagaimana saya bisa membangun para pemain muda ini. Karena mereka merekrut sekitar 35 pemain, dan 70 persen pemain muda.

Tadi dikatakan akan membawa pemain Indonesia ke Liga Bangladesh. Siapa?

Iya, namanya Celvin Mario Hegemur. Dia pemain Papua posisinya gelandang. Dia punya teknik yang tinggi. Saya rasa tidak ada masalah bagi dia untuk beradaptasi dengan pemain seperti Christian Bakamenga, Yusuke Kato.

Dia pemain PSPS. Pemain ini produk dari Raja Ampat waktu saya bangun Persiram. Saya pilih pemain berdasarkan potensi, bukan nama besar. Saya buktikan itu waktu dulu seperti Engelberd Sani.

Nah, potensi ini saya lihat ada di Celvin. Dan satu lagi ada di pemain namanya Roberto Elfrado Sauyai. Dua dari Papua sebenarnya. Berto ini striker, bisa main sayap. Berto ini juga program Persiram. Waktu 2009, waktu usianya 15 tahun, saya letak dia di tim senior.

Mereka ini siap di Liga Thailand, juga dengan Bangladesh.

Sebenarnya ada lagi, yaitu Yudhi Aditya Pratama, Redo Renaldi, dan Ed Tri Oka. Kelima pemain PSPS itu punya skill dan teknik. Selain kecepatan, pemahaman ‘How to play’ kelimanya mampu bersaing di Liga Bangladesh.

Jadi, totalnya lima. Tapi tidak semua nanti di tim saya. Bisa ke tim Bangladesh lainnya. Saya akan rekomendasikan untuk putaran kedua ya, bukan putaran pertama.

Fasilitas yang didapat di Muktijoddha Sangsad KC?

Saya senang dengan apa yang ditawarkan klub Bangladesh. Aparatemen, kendaraan, supir, semua saya dapat. Kalau gaji dan kontrak itu privasi. Selain itu, saya senang karena diberi kebebasan dalam memilih pemain, termasuk pemain asing.

Sekarang kembali ke saya, bagaimana harus disiplin, bekerja kuat untuk membangun tim ini. Jika saya bisa membuktikan kemampuan di sini, pintu ke tim nasional Bangladesh akan terbuka untuk saya.

Impina saya sekarang. Setelah melatih klub Bangladesh, saya ingin melatih Timnas Bangladesh. Saya mau menyamai pencapaian pelatih Malaysia dulu di Sri Lanka, Dato M Karathu. Beliau pernah membawa Sri Lanka dua kali urutan kedua di ajang semacam SEA Games.

Saya ingin bisa mengikuti jejak beliau. Paling tidak meneruskan tradisi pelatih asal Malaysia di Asia Selatan.

Peluang untuk juara Liga Bangladesh?

Di sepak bola, semua bisa terjadi. Lebih baik kita merendah dan berbicara apa adanya daripada banyak bicara. Manajemen memang bilang membangun, tapi jika di perjalanannya bisa meracik hingga juara itu kan bonus.

Sebagai pelatih, tentu saya ingin juara. Itu sebagai pelatih. Tidak ada pelatih yang tidak ingin juara. Untuk menjadi juara tetap terbuka. Yang penting sekarang niat kerja.

Oh iya, Anda ini getol sekali berkarier di luar negari. Kenapa tidak di negara sendiri Malaysia? Apa yang menjadi alasannya?

Saya sudah hampir 14 tahun di Indonesia. Sekarang mau ke Bangladesh.

Jadi begini, sebenarnya ada tiga tokoh yang membuat saya terdorong untuk terus berkarier di negara luar. Pertama Sultan Agung Tengku Abdullah salah satu motivator saya, kedua mendiang Datuk Paul Mony (eks sekjen FAM dan AFC), dia orang yang memberika kata-kata singkat, tetapi memotivasi saya.

Lalu Datuk Hamidin presiden FA Malaysia sekarang. Beliau memberikan kesempatan saya melatih di pembinaan Selangor.

Adapula sembilan pelatih Malaysia, Kim Chon, Ifran Bakti, Dato M Karathu, Hj Abdul Rahman Ibrahim, Chow Kwai, Lim Teong Kim, Moey Yoke Ham, Fisol, dan Axman Yusuf. Mereka semua pernah melatih di luar negara. Mereka juga adalah inspirasi saya untuk terus melatih di luar selama ada kesempatan.

Saya dapat banyak nasihat dan motivasi dari mereka semua. Saya harus membuktikan pelatih lokal Malaysia bisa jauh berkarier di luar sejauh mungkin. Dan kalau harus pulang ke Malaysia, saya mimpinya melatih JDT. Itu saja.

Ada pesan yang mungkin mau disampaikan?

Saya merasa terharu dan apresiasi dengan jabatan ini karena saya tidak meminta, tapi mereka yang menawar. Secara tidak langsung, saya berharap ini bisa menjadi inspirasi pelatih-pelatih muda Indonesia dan Malaysia harus berani ke luar.

Saya nanti juga akan jadi pelatih satu-satunya di sana. Saya harus bisa membuktikan pelatih dari Asia juga bisa. Enggak hanya luar Asia saja yang bisa berhasil di sana.