Manajemen Arema FC tengah mempertimbangkan untuk membubarkan tim apabila memang keberadaan klub berjuluk Singo Edan tersebut dianggap mengganggu kondisivitas.

Arema FC mengalami banyak kesulitan pasca terjadinya Tragedi Kanjuruhan yang menewarkan sekitar 135 jiwa. Tak ada kota yang mau menerima Arema FC saat klub itu menjalani larangan home dari Komdis PSSI.

Kamudian, saat melakoni laga tandang melawan PSS Sleman, Arema FC mendapatkan ‘sindiran-sindiran’ dari suporter tuan rumah. Saat pulang, bus mereka juga dilempari oleh oknum suporter.

Tak berhenti di situ, Kantor Arema FC juga mengalami kerusakan setelah pecahnya demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukungnya pada Minggu (29/1/2024).

Menyikapi kondisi tersebut, Tatang Dwi Arifianto selaku Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (PT. AABI), pun mulai mempertimbangkan untuk membubarkan tim.

Jika kehadiran Arema FC malah dianggap mengganggu kondusivitas, maka Tatang Dwi Arifianto menilai pembubaran tim akan menjadi salah satu jalan terbaik.

“Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa,” kata Tatang seperti dikutip dari Suara.com, Senin (30/1/2023).

“Jika sebelumnya kita memikirkan banyak masyarakat Malang yang hidup dari sepak bola utamanya Arema FC, seperti UMKM, pedagang kaki lima, sampai usaha kecil lainnya,” lanjutnya.

“Tapi jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusivitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa, tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak,” tuturnya menambahkan.